19 April 2009

Pertemuanku Dengan Tuhan

aku duduk bersama Tuhan di beranda
ditemani nikotin dan kafein
duduk berdua seperti sahabat lama

"Tuhan", aku mencoba bersuara
"Dimanakah Kau saat aku bersuka?"

"Aku disana. diantara canda dan tawa" jawabnya

"Dimanakah Kau saat aku berduka?"

"Aku disana. Diantara tetesan air mata" katanya

"Tuhan, bolehkah aku melihat kitab jadwalmu, agar aku tau kapan lagi kita bertemu"

"Boleh saja. Tapi kamu harus ikut aku ke SURGA. karna aku meninggalkannya disana"



Tuhan selalu punya jawaban untuk setiap pertanyaan
Dan dia selalu punya alasan untuk setiap kejadian

Saat bulan tergantikan fajar, aku berpamitan tanpa bermaksud menghindar
Dan membuat janji untuk kembali bertemu,
dengan membawa nikotin dan kafein yang baru

Mars dan Venus

aku turun ke bumi
untuk melihat Mars dan Venus bertemu
aku mencoba menjadi saksi
akan adanya tayangan semu

aku melihat Venus yang terlihat bodoh
menjual keindahan dengan harga murah
paha dan belahan dada yang mereka anggap aset
bagiku itu adalah hutang, bukan modal
yang harus mereka bayar ketika ajal

coba lihat Mars itu,
mencoba terlihat gagah dibawah atap harta
berusaha menjadi lucu padahal tak berilmu
dan tampil manis dengan gaya romantis

disini aku melihat harta dan belahan dada
menunggu untuk dijaja dengan berlabel harga
yang siap dibayar dengan nominal
meski itu jauh di luar akal


(tulisan anak jurusan ekonomi)

ia melayang, tidak terbang

Situ Gintung, Oktober 17 2007


aku melihat matahari terbit dari barat
dan melihat bulan putih saat siang

aku menikmati hujan pada kemarau
dan menikmati gelap ketika fajar

seorang Tuan berjalan di atas udara
gagah meski kadang tertatih
tampak wajah pucat dan berkeringat

Tuan itu melayang
tidak terbang, hanya melayang
ia duduk, masih tetap melayang
lalu berbaring, dan tetap melayang

aku melihat matahari yang belum terbenam
si Tuan berjalan menghampiri
Lirih ia berkata,
"Kamu tidak sendirian melihat keanehan
karena kita berada di dunia yang tidak biasa"

lalu aku berjalan menjauh dari si Tuan
aku berjalan di atas udara
Dan aku melayang

17 April 2009

bersama Tuan itu aku menunggu

Sayap sebelahku masih terkulai lemah
Tak mampu lagi mengajakku terbang, meski rendah

Malam lalu, aku dihadapan sayap sebelahku yang patah
Warnanya tidak lagi kuning emas bercahaya
Kusam berdebu tak berfungsi

Aku marah
tak mampu lagi terbang, meski rendah
Aku marah
tak mampu menemuinya, meski sebentar

Tak adakah toko penjual sayap...atau toko penyewaan sayap?
Aku hanya butuh beberapa jam saja
Aku butuh terbang, menguasai angkasa
Aku butuh terbang, menghampiri peri gertikali

Ibu,
Dimana kamu?
Ayah,
Dimana kamu?

Mengapa hanya ada Tuan itu yang menemukanku?
Mengapa hanya ada Tuan itu yang merawat sayap sebelahku?
Mengapa hanya ada Tuan itu yang menghapus air mata di hatiku?

Ibu,
Dimana kamu?
Ayah,
Dimana kamu?

Disini aku rindu. Bersama Tuan itu aku menunggu

07 April 2009

Menyaksikan Tiap Patahan Sayap

Indah kerlip bintang menemani
Merdu lantunan biduan mengiringi
Menanti pijaran fajar sambut hari
Tersenyum mengawali hangat hati bidadari

Gadis hati enggan keluar dari ruangan nyaman
hadapi warna taman yang tampak seperti hijau
kaki ingin beranjak
walau pikir enggan keluar berpijak

Hingar bingar tak kuasa dilawan
Langit gelap terbentang di hadapan
Mencoba menanti jawaban
Menunggu kedatangan lelaki tampan yang menggandeng erat pegangan

Di pojok toko roti,
gadis kecil itu tersuruk menyaksikan tiap patahan sayapnya

merindu

Sedang berdiam diri menikmati Rio febrian yg nemenin. Dia bilang KU ADA DISINI. Tapi aku butuh abangku yg bilang “Ber, abang ada disini”

Masih ga tau dia ada dimana. Apakah ini akhir yg harus aku terima? Seperti ini? Tanpa kata-kata? tanpa air mata?

Tapi mengapa ini jauh lebih menyakitkan?

Bahkan kilau botaknya si junior pun tidak mampu menghapus rasa rinduku pada Abang. Bahkan senyum Ardi tidak bisa menggantikan apa yg kumau dari Abang.

Aku terjebak dalam labirin yg tidak ku temui ujungnya. Aku terperangkap dalam labirin hidupnya. Dan inilah yg kuhadapi sekarang. Bahkan untuk kembali lewat jalan pertama aku masuk saja aku sudah tidak bisa. Dimana sekarang aku dalam hatinya? Masih ditempat yang sama kah? Atau kini sudah tidak ada lagi harapan untukku, dan dengan nya?


I cant take my eyes of u kalo katanya Damien Rice.

Membawa sayap sebelahku

Aku menemukan dia di ujung toko roti
Tubuhnya terbujur, tergeletak dalam posisi tidur pulas

Gadis itu bergerak
Saat aku merapatkan tubuh padanya

"mengapa masih saja kau berada disini", ia berkata

"waktu yang ku punya tak tersisa. Tubuh renta, tak bertenaga.
Sayapku tinggal sebelah. Aku berjaga disini. Akan kuberikan sayapku yang sebelah,
agar saatnya tiba kau akan terbang kesana. Membawa sayap sebelahku untuk mencari matahari"